Jumat, 06 Juni 2008

How Multinational Companies Should Deal With Currencies Fluctuation



It’s not whether you’re right or wrong that is important,

but how much money you make when you’re right &

how much money you lose when you’re wrong

- George Soros

Setiap perusahaan yang melakukan transaksi dengan menggunakan lebih dari satu mata uang akan menghadapi permasalahan yang sama akibat berfluktuasinya nilai tukar mata uang (nilai kurs). Nilai kurs berfluktuasi karena ketidakseimbangan permintaan (demand) dan pasokan (supply). Secara luas, fluktuasi nilai kurs juga dapat berdampak pada perusahaan lokal yang bertaransaksi dengan perusahaan lokal dengan menggunakan mata uang lokal juga, bila perusahaan yang menjadi mitra bisnisnya melakukan transaksi secara internasional dengan menggunakan lebih dari satu mata uang.

Dengan demikian, pengelolaan sistem keuangan terkait dengan antisipasi terjadinya fluktuasi nilai kurs perlu dilakukan oleh semua perusahaan, khususnya perusahaan multinasional, agar kerugian yang mungkin timbul dari terjadinya fluktuasi nilai kurs dapat diminimalisir atau bahkan dihilangkan.

Kapan Melakukan Hedging

Hedging atau lindung nilai identik dengan polis asuransi, jadi tujuannya adalah untuk berjaga-jaga dari timbulnya keadaan yang tidak dikehendaki. Ketika memutuskan untuk melakukan hedging, berarti perusahaan tersebut telah melindungi diri dari kejadian yang tidak dikehendaki.

Dalam pasar finansial, penggunaan hedging jauh lebih kompleks dari sekedar membayar premi asuransi. Bagi suatu perusahaan, penggunaan hedging untuk meminimalisir akibat dari risiko fluktuasi nilai kurs adalah dengan menggunakan instrumen-instrumen yang umum digunakan dalam pasar finansial. Bagi perusahaan, produk derivatif ini dapat dimanfaatkan untuk melindungi aktiva dan pasiva perusahaan yang berdenominasi mata uang asing seperti piutang maupun hutang.

Jadi apakah perusahaan akan melakukan hedging atau tidak akan tergantung dari potensi risiko yang dihadapi perusahaan. Karena untuk melakukan hedging diperlukan sejumlah biaya, maka harus juga dihitung antara biaya dan manfaat dilakukannya hedging.


Risiko Nilai Kurs

Risiko nilai kurs didefinisikan sebagai “Perubahan variabel yang dialami suatu perusahaan multinasional dalam laba konsolidasiannya akibat fluktuasi mata uang, variabel tersebut dapat sebagai penambahan pendapatan atau penambahan biaya” (Jacques, 1981, hal 81-82).

Sumber risiko yang dominan dihadapi oleh perusahaan multinasional adalah tingkat suku bunga, tingkat inflasi dan nilai kurs. Terdapat kaitan yang erat antara nilai kurs dan pasar uang. Perubahan nilai kurs, tingkat bunga dan tingkat inflasi biasanya saling terkait satu sama lain. Ketiga sumber risiko tersebut akan berpengaruh kepada permintaan akan produk yang dihasilkan suatu perusahaan. Bila salah satu sumber risiko tersebut berubah, maka pendapatan perusahaan juga akan terpengaruh.

Secara umum perusahaan biasanya menggolongkan risiko terkait kurs menjadi tiga kelompok, yaitu risiko transaksi, risiko ekonomi dan risiko pengungkapan.

    1. Risiko Transaksi

Risiko transaksi terjadi saat perusahaan melakukan jual beli, meminjam atau memberi pinjaman yang dalam mata uang asing. Transaksi-transaksi tersebut berpeluang menimbulkan risiko kurs bila ada jeda waktu antara tanggal transaksi dengan tanggal penerimaan atau pembayaran kas. Dalam jeda waktu tersebut, nilai kurs dapat berubah, baik naik atau turun.

    1. Risiko Ekonomi

Risiko ekonomi adalah kemungkinan perubahan nilai perusahaan (corporate value) saat ini sebagai hasil perubahan arus kas perusahaan di masa depan akibat perubahan nilai kurs. Unsur-unsur arus kas di masa depan perusahaan terdiri dari arus kas yang dapat diprediksi dan arus kas yang tidak dapat diprediksi (dihitung berdasarkan asumsi tertentu). Risiko ekonomi mencakup juga risiko tranaksi.

Risiko ekonomi terjadi bila perusahaan multinasional menggunakan mata uang yang berbeda untuk biaya dan pendapatan. Laba akan turun bila mata uang yang digunakan untuk pendapatan mengalami kenaikan nilai (terapresiasi), sehingga biaya yang dikeluarkan perusahaan akan membengkak jumlahnya, sementara nilai jual menjadi turun. Hal ini berlaku pula sebaliknya. Perubahan nilai tersebut akan berpengaruh terhadap proyeksi arus kas di masa depan. Perubahan harga jual adalah unsur lain dari risiko ekonomi karena perubahan tersebut akan berpengaruh pula pada arus kas perusahaan di masa depan. Pada akhirnya, risiko ekonomi akibat perubahan nilai kurs akan berpengaruh terhdap daya saing perusahaan di pasar global.

    1. Risiko Translasi

Risiko pengungkapan terjadi saat aset dan kewajiban perusahaan yang dinyatakan dalam mata uang tertentu diungkapkan dalam dalam laporan keuangan dengan mata uang yang lain. Nilai kurs yang berlaku pada tanggal pelaporan keuangan akan berakibat kepada kenaikan atau penurunan aset dan kewajiban perusahaan yang dinyatakan dalam mata uang asing tersebut. Hal ini disebabkan karena aset dan kewajiban perusahaan dicatat berdasarkan nilai historis yang nilai kurs-nya belum tentu sama dengan nilai kurs pada tanggal pelaporan.

Pengelolaan Risiko Nilai Kurs

Risiko nilai kurs dapat dikelola dengan berbagai cara. Salah satu cara yang umum dilakukan adalah dengan hedging atau lindung nilai atas aset dan kewajiban perusahaan yang berdenominasi mata uang asing. Hedging dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu hedging internal dan hedging eksternal.

    1. Hedging Internal

Hedging internal adalah hedging yang tidak melibatkan pihak di luar perusahaan. Sebelum melakukan hedging eksternal yang membutuhkan biaya, harus terlebih dahulu dilakukan hedging internal yang relatif dapat dilakukan oleh semua perusahaan multinasional dan tidak membutuhkan biaya besar.

i. Netting

Netting adalah metode yang paling sering digunakan, yaitu dengan mengurangi jumlah transaksi yang harus dilakukan perusahaan dalam rangka mengurangi risiko kurs. Cara ini memerlukan adanya satu unit khusus yang bertugas mengelola keseluruhan kas perusahaan secara tersentralisasi. Perusahaan mengumpulkan seluruh transaksi (penerimaan atau pengeluaran kas) antar anak-anak perusahaan atau antar kantor-kantor cabang di luar negeri yang jumlahnya dinyatakan dalam mata uang asing tertentu, dan kemudian mengelompokkannya mejadi satu mata uang yang sama.

ii. Pembayaran Di Muka

Pembayaran di muka dapat dilakukan bila perusahaan akan melakukan pembelian dalam mata uang asing yang pembayarannya dilakukan menyusul kemudian. Cara ini dapat dilakukan bila dengan dilakukannya pembayaran di muka, nilai kurs tidak berubah. Pembayaran di muka dalam hal ini ditujukan sebagai pengikat nilai kurs.

iii. Leading dan Lagging

Cara ini dilakukan dengan mempercepat atau menunda pembayaran kepada anak perusahaan atau kepada kantor cabang. Bila mata uang yang digunakan oleh anak perusahaan cenderung mengalami penguatan, maka pembayaran dilakukan dengan cara dipercepat (leading). Sebaliknya, bila mata uang yang digunakan oleh anak perusahaan cenderung melemah, maka pembayaran akan ditunda (lagging).

iv. Penyesuaian Harga

Penyesuaian harga dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, bila mata uang lokal mengalami pelemahan, maka harga jual dapat dinaikkan untuk mengurangi akibat negatif dari pelemahan tersebut. Kedua, perusahaan dapat merubah mata uang yang digunakan untuk penjualan.

b. Hedging Eksternal

Bila hedging internal tidak dapat meminimalisir risiko nilai kurs, maka perlu digunakan hedging eksternal, yaitu hedging dengan menggunakan instrumen-instrumen yang tersedia di pasar uang, seperti future, forward, options dan swap. Saat akan memilih salah satu instrumen untuk hedging, perusahaan harus terlebih dahulu melakukan analisis biaya-manfaat terkait besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan hedging. Tujuan hedging eksternal terutama adalah untuk meminimalisir kerugian selisih kurs, mengurangi volatilitas arus kas dan melindungi pendapatan. Instrumen yang umum digunakan adalah forward dan swap.

i. Forward Kurs

Forward kurs adalah suatu kontrak pembelian atau penjualan suatu valuta asing pada tanggal tertentu di masa yang akan datang dengan nilai tukar yang ditentukan sekarang (pada tanggal kontrak). Instrumen ini cocok untuk perusahaan yang akan melakukan pembayaran dengan mata asing tertentu di masa datang tapi khawatir akan terjadinya penurunan nilai mata uang asing tersebut, atau untuk perusahaan yang akan menerima pembayaran dengan mata uang asing tertentu di masa depan tapi khawatir akan terjadinya penguatan nilai mata uang asing tersebut.

ii. Swap

Perjanjian swap mata uang atau currency swap adalah transaksi pertukaran dua valuta melalui pembelian atau penjualan tunai (spot) dengan penjualan atau pembelian kembali secara berjangka yang dilakukan secara simultan dengan pihak yang sama (misalnya bank) pada tingkat premi atau diskon dengan kurs yang dibuat dan disepakati pada tanggal transaksi dilakukan.

Sederhananya, swap jenis ini merupakan suatu kontrak untuk membeli atau menjual valuta asing pada tanggal tertentu sekaligus dengan perjanjian untuk menjual atau membeli kembali pada tanggal berbeda di masa yang akan datang, dengan harga yang ditentukan pada tanggal kontrak. Jadi swap jenis ini adalah forward contract jual dan beli valuta asing yang dilakukan dalam satu kontrak. Kedua transaksi tersebut dilaksanakan sekaligus dan dengan pihak yang sama, misalnya bank atau lembaga keuangan.

Tujuan kontrak swap mata uang adalah untuk memenuhi kebutuhan akan mata uang lokal sekaligus pembayaran hutang dalam mata uang asing. Bagi perusahaan yang menerima pinjaman dalam mata uang asing dapat melakukan kontrak swap sell/buy. Sedangkan untuk perusahaan yang melakukan transaksi sebaliknya, dapat melakukan transaksi swap buy/sell.