Rabu, 19 Desember 2007

THE EMPOWERMENT EFFORT THAT CAME UNDONE

George Marlow, a vise president manufaktur di SportGear sedang menantikan meeting perusahaan bulan ini. Martin Griffin CEO SportGear akan menyatakan suatu era baru tentang empowerment di perusahaan. SportGear mempunyai banyak permasalahan, market share sedang merosot dalam kompetisi domestik dan asing. Ide-ide produk baru langka. Departemant seperti manufaktur dan penjualan hampir tidak berkata kepada satu sama lain. Semangat yang rendah, dan resume sedang mendadak hilang. Dalam pesan terakhirnya Martin menyatakan bahwa “Ketika kita menghadapi peningkatan kompetisi, kita memerlukan gagasan baru, energi baru, spirit baru untuk membuat perusahaan ini besar. Dan sumber untuk perubahan ini adalah kamu, masing-masing dari kamu.”

Harry Lewis, manufacturing engineer berkata kepada George bahwa empowerment sebuah bahaya, tidak akan menyelamatkan satu pekerjaan. Empowerment akan mengakibatkan banyak pertemuan-pertemuan, banyak uang yang dibelanjakan untuk konsultan dan banyak waktu disia-siakan. Sampah seperti empowerment adalah bukan suatu pengganti untuk pekerjaan berat dan keyakinan sempit di dalam orang yang sudah bertahun-tahun dengan perusahaan

Dalam suatu pertemuan tim manufaktur, Susan Starr, seorang konsultan muda dari Asosiasi Evans, mengatakan bahwa empowerment adalah suatu tindakan membangun, mengembangkan, dan meningkatkan kekuatan melalui cooperating, sharing, dan work together. Kemudian menurut dia, seorang manager harus mempunyai peran baru sebagai coach, facilitator dan pengembangan sumber daya. Juga akan dilibatkan dalam hubungan baru seperti akan membantu, memberi tahu, mengevaluasi dan memotivasi. Trust adalah batu sudut dalam segala hubungan, tanpa kepercayaan, tidak ada rencana empowerment dapat bekerja.

Dinding Perlawanan

Beberapa minggu kemudian, George dan anggota tim lainnya mempresentasikan laporannya. Kesimpulannya mereka pikir tim membuat start yang baik tapi banyak penelitian dan analisis diperlukan sebelum tindakan dapat dipertimbangkan. Anggota regu dibingungkan oleh hasil respon laporan mereka. Nampak dalam usaha mereka menjadi waktu yang sia-sia. George memikirkan Harry yang telah mengatakannya dari pertama.

Ia bingung dengan pilihannya: menutup mulut, yang mana barangkali memvonis manufaktur kepada suatu awal kematian. Mengambil resiko dan menghadapi Martin yang membuat empowerment work. Mendorong pelan-pelan untuk perubahan, barangkali dalam beberapa toko sportGear , dan mengharapkan dukungan untuk regu yang lainnya. Atau mencari pekerjaan yang lain, meninggalkan sebuah perusahaan yang benar-benar perhatian dan telah menikmati pekerjaannya.

Empowerment adalah salah satu cara untuk mendapatkan kinerja terbaik dari karyawan. Pengertian dari pemberdayaan ini dalam Kreitner dan Kinicki adalah sebagai berikut “sharing varying degrees of power with lower-level employees to tap their full potential”. Dalam sebuah pemberdayaan sangat dibutuhkan adanya kepercayaan. Tanpa kepercayaan maka apa yang telah atau akan dilaksanakan tidak akan berhasil, setiap anggota tim akan menciptakan penolakan terhadap ide atau kebijakan yang disampaikan oleh pemimpin.

Dalam kasus sports gear, program pemberdayaan tidak dapat dilaksanakan karena banyak anggota yang tidak setuju dengan rencana yang akan dijalankan untuk mengangkat posisi perusahaan ke tingkat yang lebih kompetitif lagi. Dalam rapat yang bertujuan untuk membahas tentang bagaimana pemberdayaan itu dapat dijalankan sesuai dengan hasil riset yang ditujukan pada para penjual produk sports gear, kepercayaan yang diharapkan muncul tidak tampak sama sekali. Setiap anggota tim memiliki pendangan sendiri dan berusaha untuk menolak ide tentang pemberdayaan dengan berbagai macam alasan. Hal ini dipicu oleh sikap Martin yang keluar meninggalkan ruang rapat untuk menghadiri rapat dengan kepala departemen rantai toko. Sebagai orang yang mengusulkan pemberdayaan dilakukan di perusahaan, seharusnya Martin tahu bahwa banyak orang yang menggantungkan harapan mereka pada program yang akan dijalankan. Tidak seharusnya ia meninggalkan ruang rapat, karena anggota yang lain akan berpikir bagaimana pemberdayaan bisa dijalankan apabila orang yang mengusulkan tidak tertarik dengan hasil riset berkaitan dengan pemberdayaan yang telah dilakukan pada jaringan penjual produk perusahaan. Apabila anggota yang lain sudah memiliki pemikiran yang salah seperti ini maka mereka tidak akan lagi percaya pada program pemberdayaan yang akan dijalankan, meskipun program tersebut bertujuan untuk meningkatkan level persaingan perusahaan yang berarti adalah keuntungan besar. Anggota lain akan menciptakan penolakan pada diri mereka, apabila mereka menganggap bahwa pemimpin tidak memiliki kepedulian pada program yang diusulkannya sendiri. Padahal dalam sebuah program pemberdayaan trust atau kepercayaan antar anggota sangat dibutuhkan. Anggota melupakan satu hal dalam kasus ini, yaitu bahwa kepercayaan adalah hasil akhir dari sebuah proses, bukan sesuatu yang dapat diperintahkan kepada orang lain untuk dijalankan. Berdasarkan kasus di atas tampak bahwa semboyan pemberdayaan hanya sebatas perintah saja bukan sebuah program yang layak untuk dijalankan.

Saling membantu, saling menghargai pendapat orang lain, dan rasa memiliki perusahaan yang kuat akan timbul apabila perusahaan atau manajer tahu bagaimana pemberdayaan tersebut seharusnya dijalankan. Pemberdayaan bukan hanya terkait dengan bagaimana sebuah tugas itu dibagi, tapi lebih dari itu pemberdayaan memiliki arti bahwa keputusan yang akan dibuat adalah berdasarkan pada win-win solution, bukan seperti cara pandang tradisional, yang menganggap bahwa apabila saya berhasil menguasai orang lain maka saya adalah pemenang. Dalam pemberdayaan setiap keputusan harus menguntungkan banyak pihak bukan satu pihak saja.

Tidak ada komentar: